Salam Chivas, ini saya bersama teman-teman rombel C Sejarah Universitas Negeri Semarang, ini salah satu dokumentasi dalam acara kajian peninggalan sejarah II di kampung Gel-gel, desa klungkung, Bali. Inilah permukiman muslim tertua di Bali. Dari sinilah
sejarah komunitas Islam di Pulau Dewata bermula. Di desa yang berjarak
sekitar enampuluh kilometer arah timur Denpasar ini pula banyak
jejak-jejak penyebaran Islam masih terlihat hingga kini.Desa ini merupakan minoritas kampung muslim yang ada di Bali. Yang di belakang kami adalah masjid Nurul Huda yang merupakan peninggalan masjid tertua di Bali yang di bangun sekitar abad ke-14
Kamis, 28 Agustus 2014
Rabu, 27 Agustus 2014
Candi Brahu..Visit Trowulan
Ini saya sedang berada di candi Brahu yang terletak di desa Bejijong, kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi ini merupakan candi yang paling utuh di Trowulan sampai saat ini, candi brahu ini di bangun dengan menumpuk batu bata sehingga membentuk sebuah bangunan, dengan lebar ± 18 meter dan panjang ± 22.5 meter menghadap ke arah barat. (dokumentasi saat kajian peninggalan sejarah 3)
Selasa, 26 Agustus 2014
Proses terbentuknya dunia dan kepulauan Indonesia
Dunia atau alam semesta merupakan suatu ruangan yang sangat luas, bahkan kita tidak bisa membayangkankan apalagi mengukur luasnya alam semesta ini. Bumi merpakan bagian dari alam semesta yang dulunya dikenal dengan massa daratan ( Pangea ) yang kemudian terbelah menjadi dua yaitu Laurasia dan Gondwana. Bumi terbentuk dari beberapa lapisan penyusun bumi, bahan-bahan material pembentuk bumi, serta kekayaan alam yang ada di dalamnya,. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda mulai dari daratan, lautan, pegunungan, perbukitan, danau, lembah dan sebagainya. Bumi tidak diam melainkan berputar pada porosnya ( Rotasi ) dan mengelilingi matahari yang merupakan pusat sistem tata surya ( Revolusi ) hal tersebut mengakibatkan terjadinya siang dan malam. Oleh sebab itu proses terbentuknya bumi tidak terlepas dari proses terbentuknya tata surya. Ada 3 teori besar proses terbentuknya dunia yaitu :
1. Teori Big Bang Big Bang
(terjemahan bebas: Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar) dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 6 Milyar yang lalu. Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi. Pada tahun 1929 Astronom Amerika Serikat, Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar. Berdasarkan teori Big Bang, alam semesta ini terbentuk dari ledakan mahadasyat yang terjadi sekitar 6 milyar tahun lalu. Ledakan tersebut berawal dari materi yang terbentuk kemudian terpadatkan menjadi setitik massa dengaan suhu dan tekanan yang sangat tinggi sehingga kemudian meledak. Ledakan mahadahsyat ini melontarkan materi dalam jumlah sangat besar ke segala penjuru alam semesta.Setelah mendingin dalam perjalanan waktu, serpihan materi-materi ini kemudian mengisi alam semesta dalam bentuk bintang, planet, debu kosmis, asteroid/komet, energi, dan partikel lainnya di alam semesta ini dengan susunan yang rapi dan teratur pada orbitnya masing-masing.
2. Teori Kabut Nabula
Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi. Salah satunya adalah teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere De Laplace(1796). Mereka terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.Teori nebula ini terdiri dari beberapa tahap,yaitu
• Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan besar.
• Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
• Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan Keluarga Matahari.
3. Teori Bintang Kembar
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak itu. Bintang yang tidak meledak itu sekarang disebut dengan matahari, sedangkan pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.
1. Teori Big Bang Big Bang
(terjemahan bebas: Ledakan Dahsyat atau Dentuman Besar) dalam kosmologi adalah salah satu teori ilmu pengetahuan yang menjelaskan perkembangan dan bentuk awal dari alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari kondisi super padat dan panas, yang kemudian mengembang sekitar 6 Milyar yang lalu. Para ilmuwan juga percaya bawa Big Bang membentuk sistem tata surya. Ide sentral dari teori ini adalah bahwa teori relativitas umum dapat dikombinasikan dengan hasil pemantauan dalam skala besar pada pergerakan galaksi terhadap satu sama lain, dan meramalkan bahwa suatu saat alam semesta akan kembali atau terus. Konsekuensi alami dari Teori Big Bang yaitu pada masa lampau alam semesta punya suhu yang jauh lebih tinggi dan kerapatan yang jauh lebih tinggi. Pada tahun 1929 Astronom Amerika Serikat, Edwin Hubble melakukan observasi dan melihat Galaksi yang jauh dan bergerak selalu menjauhi kita dengan kecepatan yang tinggi. Ia juga melihat jarak antara Galaksi-galaksi bertambah setiap saat. Penemuan Hubble ini menunjukkan bahwa Alam Semesta kita tidaklah statis seperti yang dipercaya sejak lama, namun bergerak mengembang. Kemudian ini menimbulkan suatu perkiraan bahwa Alam Semesta bermula dari pengembangan di masa lampau yang dinamakan Dentuman Besar. Berdasarkan teori Big Bang, alam semesta ini terbentuk dari ledakan mahadasyat yang terjadi sekitar 6 milyar tahun lalu. Ledakan tersebut berawal dari materi yang terbentuk kemudian terpadatkan menjadi setitik massa dengaan suhu dan tekanan yang sangat tinggi sehingga kemudian meledak. Ledakan mahadahsyat ini melontarkan materi dalam jumlah sangat besar ke segala penjuru alam semesta.Setelah mendingin dalam perjalanan waktu, serpihan materi-materi ini kemudian mengisi alam semesta dalam bentuk bintang, planet, debu kosmis, asteroid/komet, energi, dan partikel lainnya di alam semesta ini dengan susunan yang rapi dan teratur pada orbitnya masing-masing.
2. Teori Kabut Nabula
Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi. Salah satunya adalah teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan Piere De Laplace(1796). Mereka terkenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.Teori nebula ini terdiri dari beberapa tahap,yaitu
• Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan besar.
• Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
• Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan Keluarga Matahari.
3. Teori Bintang Kembar
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A Lyttleton. Menurut teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang kembar. Salah satu bintang meledak sehingga banyak material yang terlempar. Karena bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak meledak itu. Bintang yang tidak meledak itu sekarang disebut dengan matahari, sedangkan pecahan bintang yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.
SELAMAT BELAJAR BUAT KITA SEMUA
Minggu, 24 Agustus 2014
KEHIDUPAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
A. Jenis-jenis Manusia purba di
Indonesia
Manusia yang hidup pada zaman prasejarah sekarang sudah
berubah menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia terdiri dari
beberapa jenis. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada
abad ke-19, di mana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil
manusia di Indonesia.
Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari
Trinil, Jawa Timur oleh Eugene Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk
datang ke Pulau Jawa, mengadakan penelitian yang serupa. Selanjutnya
penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von Koenigswald, Ter Har, dan
Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di
daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo.
Atas temuan fosil tersebut, Von Koenigswald membagi zaman
Dilluvium/Pleistocen di Indonesia menjadi 3 lapisan yaitu :
1. Pleistocen bawah/lapisan Jetis,
2. Pleistocen tengah/lapisan Trinil dan
3. Pleistocen atas/lapisanNgandong.
Penyelidikan fosil manusia selain dilakukan oleh orang-orang
Eropa, juga oleh para ahli dari Indonesia, seperti Prof. Dr. Sartono, Prof. Dr.
Teuku Jacob, Dr. Otto Sudarmadji dan Prof. Dr. Soejono. Lokasi penyelidikan
antara lain Sangiran dan lembah Sungai Bengawan Solo. Dari hasil penyelidikan
tersebut dapat diketahui jenis manusia purba yang hidup di Indonesia.
a. Meganthropus
a. Meganthropus
Seperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von
Koenigswald menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang
ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai
batang yang tegap dan geraham yang besar-besar. Dari penemuan tersebut, maka
oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya
manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya
antara 20 juta - 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis. Untuk
lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba di Indonesia, maka
bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang lain seperti pada
uraian materi berikut ini.
Ciri Meganthropus :
Ciri Meganthropus :
a. Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu
b. Badannya tegak
c. Hidup mengumpulkan makanan
d. Makanannya tumbuhan
e. Rahangnya kuat
b. Pithecanthropus/Homo Erectus
Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di
Trinil, Ngawi ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan
tahun 1892 ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan
fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus
artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan
sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5
juta - 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan
Trinil.
Ciri Pithecanthropus :
Ciri Pithecanthropus :
a. Hidup antara 2 s/d 1 juta tahun yang lalu
b. Hidup berkelompok
c. Hidungnya lebar dengan tulang pipi yang kuat dan menonjol
d. Mengumpulkan makanan dan berburu
e. Makanannya daging dan tumbuhan
Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami bahwa
Homo Erectus ternyata usianya lebih muda jika dibandingkan dengan Meghanthropus
Palaeojavanicus. Para ilmuwan awalnya menganggap hasil temuan E. Dubouis (Homo
Erectus) bukan termasuk garis keturunan manusia, tetapi setelah adanya temuan
fosil oleh Von Koenigswald dari lapisan jetis/pleistocen bawah, maka seluruh
ilmuwan mengakui bahwa fosil-fosil yang ditemukan Von Koenigswald lebih tua
umurnya jika dibandingkan dengan Homo Erectus yang ditemukan oleh E. Dubouis.
Fosil manusia yang ditemukan Von Koenigswald di lapisan
jetis adalah :
1. Fosil manusia yang ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa
Timur tahun 1936 - 1941, diberi nama Pithecanthropus Mojokertensis yang artinya
manusia kera dari Mojokerto, dan sekarang disebut dengan Homo Mojokertensis.
2. Fosil manusia yang ditemukan tahun 1936 di Sangiran
lembah Sungai Bengawan Solo, iberi nama Pithecanthropus Robustus yang artinya
manusia kera yang besar dan kuat tubuhnya atau disebut dengan Homo Robustus.
c. Homo Sapiens
Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk
tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti
manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.
Ciri jenis Homo :
a. Hidup antara 25.000 s/d 40.000 tahun yang lalu
b. Muka dan hidung lebar
c. Dahi masih menonjol
d. Tarap kehidupannya lebih maju dibanding manusia
sebelumnya
Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri
dari:
1. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong Blora di
Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, lembah Sungai Bengawan Solo tahun 1931 -
1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich diberi
nama Homo Sapien Soloensis (Homo Soloensis).
2. Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung)
tahun 1889 oleh Van Reitschotten diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi
nama menjadi Homo Sapiens Wajakensis.
Tempat penemuan kedua fosil manusia di atas adalah lapisan
Ngandong atau Pleistocen Atas dan hidupnya diperkirakan 100.000 - 50.000 tahun
yang lalu.
B. Perkembangan Manusia Purba di
Indonesia
Kehidupan manusia purba :
1. Hidup jauh sebelum tulisan
ditemukan (2 jt tahun lalu )
2. Volume otaknya lebih kecil dari
manusia modern ,hidup berkelompok
3. Makanan mengandalkan alam , tidak
tahu cara bercocok tanam
4. Menggunakan alat pembantu
kehidupan dari batu
Para peneliti manusia purba di Indonesia Eugene Dubois, dokter
berkebangsaan belanda berhasil menemukan fosil tengkorak 1890 di trinil jawa timur
yang berumur 1 juta tahun (Pithecanthropus erectus) Ter Haar ,Oppenoorth , von
koeningsvald = Menemukan fosil manusia purba (Homo soloensis) karena di temukan
di sepanjang sungai bengawan Solo
Von koenings vald = menemukan rahang bawah yang sangat besar diberi ama Megantrhopus Paleojavanicus (1936-1941) Tjokrohandoyo & duifjes berhasil menemukan fosil homo mojokertoensis yang berasal dari lapisan tanh yang sngat tua ( 2 jt tahun lalu ).
Von koenings vald = menemukan rahang bawah yang sangat besar diberi ama Megantrhopus Paleojavanicus (1936-1941) Tjokrohandoyo & duifjes berhasil menemukan fosil homo mojokertoensis yang berasal dari lapisan tanh yang sngat tua ( 2 jt tahun lalu ).
Jenis manusia purba di Indonesia
a.Megantropus paleojavanicus
Tulang pipi yang tebal , otot kunyangnya kuat, tonjolan
kening sangat mencolok , tidak punya dagu, perawakan yang besar ,tegap , makan
tumbuhan otot tengkuk besar dan kuat.
b. Pithecantropus
Tinggi sekitar 165-180cm, volume otak 750 -1350 cc , bentuk
tubuh tegap , alat pengunyah dan tengkuk sangat kuat, geraham ssangat besar ,
bentuk tonjolan & hidung tebal belakang kepala tampak lonjong.
c. Homo sapiens
Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc , tinggi badan antara
130 -210 cm , otot tengkuk & alat kunyah ( gigi ) mengalami penyusutan ,
muka tidak menonjol ke depan , berdiri tegak dan berjalan lebiih sempurna
Manusia prasejarah atau praaksara adalah manusia yang hidup
jauh sebelum tulisan ditemukan. Mereka hidup sederhana dalam kelompok-kelompok
kecil. Alat-alat yang digunakan untuk keperluan sehari-hari masih sederhana.
Karena belum ditemukannya peninggalan tertulis maka gambaran mengenai
kehidupannya dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan tidak tertulis
seperti fosil dan alat-alat sederhana tersebut. Manusia prasejarah sering juga
disebut sebagai manusia purba. Spesies manusia tertua, Homo habilis, muncul
antara 2,5 sampai 1,5 juta tahun yang lalu. Homo habilis berkembang menjadi
Homo erectus (1,6 juta sampai 300.000 tahun yang lalu) yang mempunyai otak
lebih besar, gigi dan rahang lebih kecil, menciptakan kapak tangan, dan
kemampuan membuat api.
Homo erectus kiranya adalah spesies pertama yang keluar dari
Afrika menuju tempat yang lebih hangat di Utara (kini Eropa) dan ke Timur
(Asia) sampai sejauh Cina dan Indonesia. 500.000 sampai 30.000 tahun lalu
melewati 'land bridge' menuju Amerika. Pada masa ini sudah terdapat Homo
sapiens yang otaknya sudah berkembang namun tampilan serta gigi dan rahangnya
masih serupa dengan Homo erectus. 30.000 sampai 10.000n
tahun yang lalu serta melalui 'land bridge' ke Amerika Utara dan kemudian
Amerika Selatan. Manusia modern, Homo sapiens sapiens mucul sekitar 40.000
tahun yang lalu dengan struktur tulang serupa dengan struktur tulang manusia
modern.
C. PERKEMBAGAN BUDAYA DI INDONESIA
ZAMAN PRASEJARAH
Pembabakan
prasejarah berdasarkan arkeologinya menjadi zaman batu dan zaman logam.
A.
Kebudayaan zaman batu
Seperti yang telah disebutkan pada modul sebelumnya bahwa
zaman batu berdasarkan hasil temuan alat-alatnya dan dari cara pengerjaannya,
maka zaman batu tersebut terbagi menjadi 3 yaitu:
- zaman batu tua atau kebudayaan Palaeolithikum (Palaeo =
tua, Lithos = batu),
- zaman batu madya atau kebudayaan Mesolithikum (Meso =
tengah) dan
- zaman batu muda atau kebudayaan Neolithikum (Neo = baru).
Untuk contoh-contoh dari hasil kebudayaan tersebut,
1). Kebudayaan Palaeolithikum/Batu
tua.
Hasil kebudayaan Palaeolithikum banyak ditemukan di daerah
Pacitan (Jawa Timur) dan Ngandong (Jawa Timur). Untuk itu para arkeolog sepakat
untuk membedakan
temuan benda-benda prasejarah di kedua tempat tersebut yaitu sebagai kebudayaan
Pacitan dan kebudayaan Ngandong. Peninggalan zaman Palaeolithikum yang ditemukan
pertama kali oleh Von Koenigswald tahun 1935 di Pacitan dan diberi nama dengan kapak genggam, karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam.
temuan benda-benda prasejarah di kedua tempat tersebut yaitu sebagai kebudayaan
Pacitan dan kebudayaan Ngandong. Peninggalan zaman Palaeolithikum yang ditemukan
pertama kali oleh Von Koenigswald tahun 1935 di Pacitan dan diberi nama dengan kapak genggam, karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengan cara menggenggam.
Kapak genggam terkenal juga dengan sebutan kapak perimbas,
atau dalam ilmu
prasejarah disebut dengan chopper artinya alat penetak.
prasejarah disebut dengan chopper artinya alat penetak.
Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas
salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya
sebagai tempat menggenggam. Pada awal penemuannya semua kapak genggam ditemukan
di permukaan bumi, sehingga tidak dapat diketahui secara pasti berasal dari
lapisan mana. Daerah penemuan kapak perimbas/kapak genggam selain di Punung
(Pacitan) Jawa Timur juga ditemukan di daerah-daerah lain yaitu seperti Jampang
Kulon, Parigi (Jawa Timur), Tambang Sawah, Lahat, dan KaliAnda (Sumatera),
Awangbangkal (Kalimantan), Cabenge (Sulawesi), Sembiran dan Terunyan (Bali).
Di sekitar daerah Ngandong dan Sidorejo dekat Ngawi, Madiun
(Jawa Timur) ditemukan kapak genggam dan alat-alat dari tulang dan tanduk.
Alat-alat dari tulang tersebut
bentuknya ada yang seperti belati dan ujung tombak yang bergerigi pada sisinya.
bentuknya ada yang seperti belati dan ujung tombak yang bergerigi pada sisinya.
Adapun fungsi dari alat-alat tersebut adalah untuk mengorek
ubi dan keladi dari
dalam tanah, serta menangkap ikan. Selain alat-alat dari tulang yang termasuk kebudayaan Ngandong, juga ditemukan alat alat lain berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari batu-batu indah berwarna seperti calsedon.Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa sekarang. Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah lain seperti Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa, Mangeruda (Flores).
dalam tanah, serta menangkap ikan. Selain alat-alat dari tulang yang termasuk kebudayaan Ngandong, juga ditemukan alat alat lain berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut dengan flakes atau alat serpih. Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari batu-batu indah berwarna seperti calsedon.Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan buruannya, mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi fungsinya seperti pisau pada masa sekarang. Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah lain seperti Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong (Jawa), Lahat (Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge (Sulawesi), Wangka, Soa, Mangeruda (Flores).
2). Kebudayaan Mesolithikum
Ciri kebudayaan Mesolithikum tidak jauh berbeda dengan
kebudayaan Palaeolithikum, tetapi pada masa Mesolithikum manusia yang hidup
pada zaman tersebut sudah ada yang menetap sehingga kebudayaan Mesolithikum
yang sangat menonjol dan sekaligus menjadi ciri dari zaman ini yang disebut
dengan kebudayaan Kjokkenmoddinger dan Abris sous Roche.
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu/menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu/menjadi fosil. Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).
Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut
dinamakan dengan pebble atau kapak Sumatera (Sumatralith) sesuai dengan lokasi
penemuannya yaitu di pulau Sumatera.
Selain pebble yang ditemukan dalam Kjokkenmoddinger juga
ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek (setengah lingkaran) yang
disebut dengan Hache Courte atau kapak pendek. Kapak ini cara penggunaannya
dengan menggenggam. Di samping kapak-kapak yang ditemukan dalam Kjokkenmoddinger
juga ditemukan pipisan (batu-batu penggiling beserta landasannya). Batu pipisan
selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk menghaluskan
cat merah, bahan cat merah yang dihaluskan berasal dari tanah merah. Manusia
pendukung Mesolithikum adalah Papua Melanosoide. Abris Sous Roche adalah goa-goa
yang yang dijadikan tempat tinggal manusia purba pada zaman Mesolithikum dan
berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan binatang buas.
Penyelidikan pertama pada Abris Sous Roche dilakukan oleh Dr. Van Stein
Callenfels tahun 1928-1931 di goa Lawa dekat Sampung Ponorogo Jawa Timur.
Alat-alat yang ditemukan pada goa tersebut antara lain
alat-alat dari batu seperti
ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah diasah yang berasal dari zaman
Neolithikum, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa. Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan ternyata yang paling banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh para arkeolog disebut sebagai Sampung Bone Culture / kebudayaan tulang dari Sampung. Karena goa di Sampung tidak ditemukan Pebble ataupun kapak pendek yang merupakan inti dari kebudayaan Mesolithikum.
ujung panah, flakes, batu pipisan, kapak yang sudah diasah yang berasal dari zaman
Neolithikum, serta alat-alat dari tulang dan tanduk rusa. Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan ternyata yang paling banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh para arkeolog disebut sebagai Sampung Bone Culture / kebudayaan tulang dari Sampung. Karena goa di Sampung tidak ditemukan Pebble ataupun kapak pendek yang merupakan inti dari kebudayaan Mesolithikum.
Selain di Sampung, Abris Sous Roche juga ditemukan di daerah
Besuki dan Bojonegoro Jawa Timur. Penelitian terhadap goa di Besuki dan
Bojonegoro ini dilakukan oleh Van Heekeren.
Di Sulawesi Selatan juga banyak ditemukan Abris Sous Roche
terutama di daerah
Lomoncong yaitu goa Leang Patae yang di dalamnya ditemukan flakes, ujung mata
panah yang sisi-sisinya bergerigi dan pebble. Di goa tersebut didiami oleh suku Toala,
sehingga oleh tokoh peneliti Fritz Sarasin dan Paul Sarasin, suku Toala yang sampai
sekarang masih ada dianggap sebagai keturunan langsung penduduk Sulawesi
Selatan zaman prasejarah. Untuk itu kebudayaan Abris Sous Roche di Lomoncong
disebut kebudayaan Toala.
Lomoncong yaitu goa Leang Patae yang di dalamnya ditemukan flakes, ujung mata
panah yang sisi-sisinya bergerigi dan pebble. Di goa tersebut didiami oleh suku Toala,
sehingga oleh tokoh peneliti Fritz Sarasin dan Paul Sarasin, suku Toala yang sampai
sekarang masih ada dianggap sebagai keturunan langsung penduduk Sulawesi
Selatan zaman prasejarah. Untuk itu kebudayaan Abris Sous Roche di Lomoncong
disebut kebudayaan Toala.
Selain di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, Abris Sous Roche
juga ditemukan di
daerah Timor dan Rote. Penelitian terhadap goa tersebut dilakukan oleh Alfred Buhler
yang di dalamnya ditemukan flakes dan ujung mata panah yang terbuat dari batu
indah.
daerah Timor dan Rote. Penelitian terhadap goa tersebut dilakukan oleh Alfred Buhler
yang di dalamnya ditemukan flakes dan ujung mata panah yang terbuat dari batu
indah.
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa zaman
Mesolithikum sesungguhnya
memiliki 3 corak kebudayaan yang terdiri dari:
memiliki 3 corak kebudayaan yang terdiri dari:
a. Kebudayaan pebble/pebble culture di Sumatera Timur.
b. Kebudayaan tulang/bone culture di Sampung Ponorogo.
c. Kebudayaan flakes/flakes culture di Toala, Timor dan
Rote.
3). Kebudayaan Neolithikum.
Hasil kebudayaan yang terkenal pada zaman Neolithikum ini
adalah jenis kapak persegi dan kapak lonjong.
Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas
dasar penampang
lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium. Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium. Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa,
juga dibuat dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari
calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda
kebesaran.
Daerah asal kapak persegi adalah daratan Asia masuk ke
Indonesia melalui jalur barat dan daerah penyebarannya di Indonesia adalah
Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku.
Walaupun kapak persegi berasal dari daratan Asia, tetapi di
Indonesia banyak ditemukan pabrik/tempat pembuatan kapak tersebut yaitu di
Lahat (Sumatera Selatan), Bogor, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya, Pacitan serta
lereng selatan gunung Ijen (Jawa Timur). Pada waktu yang hampir bersamaan
dengan penyebaran kapak persegi, di Indonesia Timur juga tersebar sejenis kapak
yang penampang melintangnya berbentuk lonjong sehingga disebut kapak lonjong.
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan
warnanya kehitam-hitaman.
Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang
lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus. kuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur dengan ujungnya yang
lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah diasah halus. kuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
B.
Kebudayaan Zaman Logam
Dengan berkembangnya tingkat berpikir manusia, maka manusia
tidak hanya
menggunakan bahan-bahan dari batu untuk membuat alat-alat kehidupannya, tetapi juga
mempergunakan bahan dari logam yaitu perunggu dan besi untuk membuat alat-alat yang diperlukan.
menggunakan bahan-bahan dari batu untuk membuat alat-alat kehidupannya, tetapi juga
mempergunakan bahan dari logam yaitu perunggu dan besi untuk membuat alat-alat yang diperlukan.
Dengan adanya migrasi bangsa Deutro Melayu/Melayu muda ke
Indonesia maka masyarakat prasejarah Indonesia mengenal logam perunggu dan besi
secara bersamaan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka kebudayaan logam yang
dikenal di Indonesia
berasal dari Dongson, nama kota kuno di Tonkin yang menjadi pusat kebudayaan
perunggu di Asia Tenggara. Karena itu kebudayaan perunggu di Indonesia disebut juga
dengan Kebudayaan Dongson.
berasal dari Dongson, nama kota kuno di Tonkin yang menjadi pusat kebudayaan
perunggu di Asia Tenggara. Karena itu kebudayaan perunggu di Indonesia disebut juga
dengan Kebudayaan Dongson.
Munculnya kepandaian mempergunakan bahan logam, tentu dikuti
dengan kemahiran teknologi yang disebut perundagian, karena logam tidak dapat
dipukul-pukul atau dipecah seperti batu untuk mendapatkan alat yang
dikehendaki, melainkan harus dilebur terlebih dahulu baru kemudian dicetak.
C.
Kebudayaan Megalithikum
Kebudayaan megalithikum adalah kebudayaan yang menghasilkan
bangunan-bangunan dari batu besar yang muncul sejak zaman Neolithikum dan
berkembang pesat pada zaman logam. Hasil
kebudayaan megalithikum biasanya tidak dikerjakan secara halus, tetapi hanya
diratakan secara kasar dan terutama hanya untuk mendapatkan bentuk yang
diperlukan.
Peninggalan kebudayaan megalithikum ternyata masih dapat
Anda lihat samapai
sekarang, karena pada beberapa suku-suku bangsa di Indonesia masih memanfaatkan
kebudayaan megalithikum tersebut. Contohnya seperti suku Nias.
sekarang, karena pada beberapa suku-suku bangsa di Indonesia masih memanfaatkan
kebudayaan megalithikum tersebut. Contohnya seperti suku Nias.
Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang kebudayaan
megalithikum, maka
simaklah contoh-contoh dari hasil kebudayaan megalithikum yang akan disajikan pada
uraian materi berikut ini.
simaklah contoh-contoh dari hasil kebudayaan megalithikum yang akan disajikan pada
uraian materi berikut ini.
1.
Menhir
Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan
untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang
berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama
bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya
menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera
Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek moyang. Selain menhir terdapat bangunan yang lain bentuknya, tetapi fungsinya sama yaitu sebagai punden berundak-undak.
Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek moyang. Selain menhir terdapat bangunan yang lain bentuknya, tetapi fungsinya sama yaitu sebagai punden berundak-undak.
2.
Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang
bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek
moyang yang telah meninggal. Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang
suci, dan lokasi tempat penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan
Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur.
3.
Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai
tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen
dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh
binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh
batu. Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat
disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari
Kuningan/Jawa
Barat, Bondowoso/Jawa Timur, Pasemah/Sumatera, dan Nusa Tenggara Timur.
Barat, Bondowoso/Jawa Timur, Pasemah/Sumatera, dan Nusa Tenggara Timur.
4.
Sarkofagus
Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat
dari batu. Bentuknya
menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan
umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi,
perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi. Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.
menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan
umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi,
perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi. Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.
5. Peti kubur
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu
besar. Kubur batu dibuat
dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang
dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.
Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat),
Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga
ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi serta
manik-manik. Dari penjelasan tentang peti kubur, tentu Anda dapat mengetahui
persamaan antara peti kubur dengan sarkofagus, dimana keduanya merupakan tempat menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya.
dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang
dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.
Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat),
Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga
ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi serta
manik-manik. Dari penjelasan tentang peti kubur, tentu Anda dapat mengetahui
persamaan antara peti kubur dengan sarkofagus, dimana keduanya merupakan tempat menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya.
6.
Arca batu
Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau
manusia. Bentuk binatang
yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan entuk arca
manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah. Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan entuk arca
manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah. Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
D. CIRI DAN CORAK KEHIDUPAN MASYARAKAT PRASEJARAH INDONESIA
1) Ciri Kehidupan Masyarakat Prasejarah Indonesia
a.
Masa Berburu Dan Mengumpulkan
Makanan
Masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia tinggal di
alam terbuka seperti di hutan, di tepi sungai, di goa, di gunung atau di
lembah-lembah. Tempat tinggal mereka belum menetap, masih berpindah-pindah atau
nomaden mengikuti alam yang dapat menyediakan makanan terutama binatang buruan.
Apabila binatang buruan dan bahan makanan sudah habis, mereka akan mencari dan
pindah ke tempat yang lebih subur. Inti dari kehidupan sehari-hari masyarakat
ini adalah mengumpulkan bahan makanan dari alam untuk dikonsumsi saat itu juga.
Kegiatan semacam ini disebut dengan Food Gathering atau pengumpul makanan tahap
awal.
Masyarakat pengumpul makanan tersebut telah mengenal
kehidupan berkelompok kecil, hal ini karena kehidupannya nomaden. Hubungan
antara kelompok sangat erat, karena mereka harus bekerja bersama-sama untuk
memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan kelompoknya dari serangan
kelompok lain atau serangan binatang-binatang buas. Meskipun dalam kehidupan
yang masih sangat sederhana, mereka telah mengenal adanya pembagian tugas
kerja, dimana kaum laki-laki biasanya tugasnya adalah berburu, kaum perempuan
tugasnya adalah memelihara anak serta mengumpulkan buah-buahan dari hutan. Masing-masing
kelompok memiliki pemimpin yang ditaati dan dihormati oleh anggata kelompoknya.
Dengan demikian pada masa berburu dan mengumpulkan makanan sudah
terlihat adanya tanda-tanda kehidupan sosial dalam suatu kelompok masyarakat,
walaupun tingkatannya masih sangat sederhana. Kesederhanaan kehidupan sosial
tersebut terlihat dari ketidaktahuan masyarakat dalam menyimpan sisa makanan,
tidak mengenal tata cara perkawinan, tidak melakukan penguburan terhadap mayat.
Karena belum mengenal religi/ kepercayaan. Hal ini dapat dibuktikan melalui
alat-alat kehidupan yang dihasilkan pada zaman batu tua.
Pengenalan terhadap api bagi masyarakat berburu dan
mengumpulkan makanan
sangat dimungkinkan karena berdasarkan analogi jenis manusia purba yang ditemukan di Cina sudah mengenal api.
sangat dimungkinkan karena berdasarkan analogi jenis manusia purba yang ditemukan di Cina sudah mengenal api.
Sesuai dengan kehidupan masyarakatnya berburu dan
mengumpulkan makanan, maka alat komunnikasi yang sangat dimungkinkan adalah
bahasa isyarat, karena bahasa isyarat adalah bahasa yang diperlukan pada saat
berburu. Dengan adanya migrasi/perpindahan bangsa-bangsa dari Asia daratan ke
Indonesia seperti yang dilakukan oleh bangsa Papua Melanosoide, maka secara
lambat laun terjadi perubahan dalam kehidupan masyarakat. Perubahan kehidupan
yang terjadi secara lambat sangat dimungkinkan karena dilihat dari bentuk
adaptasinya masih berdasarkan berburu dan mengumpulkan makanan, walaupun sudah
memasuki tingkat lanjut atau disebut dengan Food gathering tingkat lanjut.
Kehidupan Food gathering tingkat lanjut terjadi pada saat
berlangsungnya zaman
Mesolithikum ditAndai dengan kehidupan sebagian masyarakatnya bermukim dan berladang (huma). Yang menjadi tempat mukimnya/menetapnya adalah gua-gua dipedalaman atau tepi-tepi pantai.
Mesolithikum ditAndai dengan kehidupan sebagian masyarakatnya bermukim dan berladang (huma). Yang menjadi tempat mukimnya/menetapnya adalah gua-gua dipedalaman atau tepi-tepi pantai.
Dengan kehidupan menetap tersebut maka terjadilah
pertumbuhan dalam kehidupan yang lain yaitu antara lain mereka sudah tahu
menyimpan sisa makanan, mengenal tata cara penguburan mayat, mengenal
religi/kepercayaan dan bahkan mengenal kesenian. Bukti adanya pengenalan
terhadap religi dan kesenian yaitu ditemukan lukisan cap tangan yang diberi
warna merah dan lukisan babi hutan yang terdapat pada dinding gua Abris Sous
Roche, seperti yang ditemukan di gua Leang-Leang Sulawesi Selatan, di Seram dan
di Irian Jaya.
Lukisan pada dinding gua zaman mesolithikum banyak
dihubungkan dengan
keagamaan, karena lukisannya banyak menggunakan warna merah (warna darah). Warna merah dianggap memiliki kekuatan magis/gaib. Lukisan cap tangan dianggap memiliki makna tanda berkabung dari seorang wanita yang ditinggal mati suaminya, karena pada umumnya jari manis pada lukisan tangan tersebut dipotong. Sedangkan lukisan babi hutan yang sedang lari dan pada arah jantungnya terdapat mata panah dimaksudkan bahwa, pada waktu berburu mereka mengharapkan binatang buruan. Lukisan tersebut diduga dibuat oleh seorang pawang pada waktu
upacara perburuan.
keagamaan, karena lukisannya banyak menggunakan warna merah (warna darah). Warna merah dianggap memiliki kekuatan magis/gaib. Lukisan cap tangan dianggap memiliki makna tanda berkabung dari seorang wanita yang ditinggal mati suaminya, karena pada umumnya jari manis pada lukisan tangan tersebut dipotong. Sedangkan lukisan babi hutan yang sedang lari dan pada arah jantungnya terdapat mata panah dimaksudkan bahwa, pada waktu berburu mereka mengharapkan binatang buruan. Lukisan tersebut diduga dibuat oleh seorang pawang pada waktu
upacara perburuan.
b.
Masa bercocok tanam
Bahwa dengan adanya perubahan kehidupan dari semi sedenter
menjadi kehidupan yang menetap maka sistem huma/perladangan yang sudah dikenal
oleh masyarakat mengalami penyempurnaan menjadi sistem bercocok tanam.
Sistem bercocok tanam atau dikenal dengan sistem persawahan
dapat menggunakan lahan yang terbatas dan kesuburan tanahnya dapat dijaga
melalui pengolahan tanah, irigasi dan pemupukan. Hal ini mengakibatkan masyarakat
tidak lagi berpindah-pindah tempat dan selalu berusaha untuk menghasilkan makanan
atau dikenal dengan istilah Food Producing.
Kemampuan Food Producing membawa perubahan yang besar, dalam
arti membawa akibat yang mendalam dan meluas bagi seluruh kehidupan masyarakat
pada masa tersebut, karena masyarakat yang sudah menetap maka akan tercipta
kehidupan yang teratur.
Dengan kehidupan masyarakat yang teratur berarti kehidupan
masyarakatnya terorganisir dengan rapi dan bahkan membentuk semacam desa, dan
masyarakat tersebut sudah memilih pemimpinya (kepala suku) dengan cara musyawarah
sesuai dengan prinsip primus inter pares. Pemilihan pemimpin yang berdasarkan
prinsip primus inter pares menandakan bahwa pemimpin tersebut dipilih diantara
mereka yang memiliki kelebihan baik fisik (kuat) maupun spiritual (keahlian).
Di samping adanya perkembangan dalam kehidupan sosial, juga
mumcul sistem perekonomian dalam kehidupan masyarakat. Hal ini karena dalam
upaya memenuhi kebutuhan hidup, maka dikenal sistem pertukaran barang dengan
barang (perdagangan barter).
Kemajuan yang dicapai oleh masyarakat pada masa bercocok
tanam dapat dilihat dari alat-alat kehidupannya yang dibuat oleh masyarakat
tersebut, dimana alat-alat kehidupannya sudah dibuat halus/diasah, sempurna
serta mempunyai nilai seni bahkan fungsi beraneka ragam.
Alat-alat kehidupan yang dibuat pada masa ini ada yang
digunakan sebagai alat upacara (keagamaan) yang didasarkan atas kepercayaan
yang berkembang pada masa ini yaitu Animisme dan Dinamisme. Animisme adalah
kepercayaan terhadap roh dan Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda
yang memiliki kekuatan gaib.
c.
Masa perundagian
Masa perundagian sangat penting artinya dalam perkembangan
sejarah Indonesia, karena pada masa ini sudah terjadi hubungan dengan
daerah-daerah disekitar kepulauan Indonesia. Penggalan masa perundagian
menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya, berbagai bentuk benda seni,
peralatan hidup dan upacara yang menunjukkan kehidupan masyarakat masa itu
sudah memiliki selera yang tinggi. Hidup masyarakat teratur dan makmur.
Kemakmuran masyarakat dapat diketahui melalui perkembangan
teknik pertama, dengan mengembangkan pertanian yang intensif dan sebagai
akibatnya sector ertanian mengalami perkembangan yang pesat dan hal ini
berdampak kepada kemajuan perekonomian, yang ditandai dengan berkembangnya
perdagangan dan pelayaran.
Di samping perdaganan dan pelayaran yang meningkat dalam
kehidupan beragamapun juga berkembang pesat, yang dibuktikan dengan banyaknya
bangunan megalithikum yang didirikan dalam rangka penghormatan dan pemujaan
terhadap roh nenek moyang.
2) Corak
Kehidupan Masyarakat Prasejarah Indonesia
Kebudayaan dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Masyarakat dapat bertahan hidup karena menghasilkan
kebudayaan, kebudayaan itu ada karena dihasilkan oleh masyarakat. Dan melalui
kebudayaanlah segala corak kehidupan masyarakat dapat diketahui.
a.
Sistem kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat prasejarah diperkirakan mulai
tumbuh pada masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa bermukim dan berladang yang terjadi pada zaman Mesolithikum. Bukti lain yang turut memperkuat adanya corak kepercayaan pada zaman prasejarah adalah ditemukannya lukisan perahu pada nekara. Lukisan tersebut menggambarkan kendaraan yang akan mengantarkan roh nenek moyang ke alam baka. Hal ini berarti pada masa tersebut sudah mempercayai akan adanya roh. Kepercayaan terhadap roh terus berkembang pada zaman prasejarah hal ini tampak dari kompleksnya bentuk-bentuk upacara penghormatan, penguburan dan pemberian sesajen.
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa bermukim dan berladang yang terjadi pada zaman Mesolithikum. Bukti lain yang turut memperkuat adanya corak kepercayaan pada zaman prasejarah adalah ditemukannya lukisan perahu pada nekara. Lukisan tersebut menggambarkan kendaraan yang akan mengantarkan roh nenek moyang ke alam baka. Hal ini berarti pada masa tersebut sudah mempercayai akan adanya roh. Kepercayaan terhadap roh terus berkembang pada zaman prasejarah hal ini tampak dari kompleksnya bentuk-bentuk upacara penghormatan, penguburan dan pemberian sesajen.
Kepercayaan terhadap roh inilah dikenal dengan istilah
Animisme. Aninisme berasal dari kata Anima artinya jiwa atau roh, sedangkan
isme artinya paham atau kepercayaan. Di samping adanya kepercayaan animisme,
juga terdapat kepercayaan Dinamisme. Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda
tertentu yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Contohnya yaitu kapak yang dibuat
dari batu chalcedon (batu indah) dianggap memiliki kekuatan
b.
Kemasyarakatan
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, masyarakatnya
hidup berkelompok-kelompok dalam jumlah yang kecil. Tetapi hubungan antara kelompoknya
sudah erat karena mereka harus bersama-sama menghadapi kondisi alam yang berat,
sehingga sistem kemasyarakatan yang
muncul pada masa tersebutsangat sederhana.
Tetapi pada masa bercocok tanam, kehidupan masyarakat yang
sudah menetap
semakin mengalami perkembangan dan hal inilah yang mendorong masyarakat untuk
membentuk keteraturan hidup. Dan aturan hidup dapat terlaksana denga baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar musyawarah.
semakin mengalami perkembangan dan hal inilah yang mendorong masyarakat untuk
membentuk keteraturan hidup. Dan aturan hidup dapat terlaksana denga baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar musyawarah.
Selanjutnya sistem kemasyarakatan terus mengalami
perkembangan khususnya pada
masa perundagian. Karena pada masa ini kehidupan masyarakat lebih kompleks. Masyarakat terbagi-bagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
masa perundagian. Karena pada masa ini kehidupan masyarakat lebih kompleks. Masyarakat terbagi-bagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
Masing-masing kelompok memiliki aturan-aturan sendiri, dan
di samping adanya aturan yang umum yang menjamin keharmonisan hubungan
masing-masing kelompok. Aturan yang umum dibuat atas dasar kesepakatan
bersama/musyawarah dalam kehidupan yang demokratis.
Dengan demikian sistem kemasyarakatan pada masa prasejarah
di Indonesia telah dilandasi dengan musyawarah dan gotong royong.
c.
Pertanian
Sistem pertanian yang dikenal oleh masyarakat prasejarah
pada awalnya adalah perladangan/huma, yang hanya mengandalkan pada humus,
sehingga bentuk pertanian ini wujudnya berpindah tempat. Selanjutnya masyarakat
mulai mengembangkan sistem persawahan, sehingga tidak lagi bergantung pada
humus, dan berusaha mengatasi kesuburan tanahnya melalui pengolahan tanah,
irigasi dan pemupukan.
d.
Pelayaran
Dengan adanya perpindahan bangsa- bangsa dari daratan Asia
ke Indonesia membuktikan bahwa sejak abad sebelum masehi, nenek moyang bangsa
Indonesia sudah memiliki kemampuan berlayar. Kemampuan berlayar terus mengalami
perkembangan, mengingat kondisi geografis Indonesia terdiri dari pulau-pulau
sehingga untuk sampai kepada pulau yang lain harus menggunakan perahu. Jenis
perahu yang dipergunakan adalah perahu bercadik.
e.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sejak zaman Neolithikum, masyarakat Indonesia telah megenal
pengetahuan yang
tinggi, dimana masyarakat telah dapat memanfaatkan angin musim sebagai tenaga penggerak dalam aktivitas perdagangan dan pelayaran juga mengenal astronomi atau ilmu perbintangan sebagai petunjuk arah pelayaran atau sebagai petunjuk waktu dalam bidang pertanian.
tinggi, dimana masyarakat telah dapat memanfaatkan angin musim sebagai tenaga penggerak dalam aktivitas perdagangan dan pelayaran juga mengenal astronomi atau ilmu perbintangan sebagai petunjuk arah pelayaran atau sebagai petunjuk waktu dalam bidang pertanian.
Selain berkembangnya ilnu pengetahuan, teknologi juga
dikenal oleh masyarakat
prasejarah terutama pada zaman perundagian, yaitu teknologi pengecoran logam. Sehingga pada masa perundagian masyarakat sudah mampu menghasilkan alat-alat kehidupan yang terbuat dari logam.
prasejarah terutama pada zaman perundagian, yaitu teknologi pengecoran logam. Sehingga pada masa perundagian masyarakat sudah mampu menghasilkan alat-alat kehidupan yang terbuat dari logam.
f.
Kesenian
Kesenian dikenal oleh masyarakat prasejarah sejak zaman
Mesolithikum yang dibuktikan dengan adanya lukisan-lukisan pada dinding-dinding
gua. Untuk selanjutnya kesenian mengalami perkembangan yang pesat pada zaman
Neolithikum, karena pada masa bercocok tanam terdapat waktu senggang dari
menanam hingga panen. Yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menyalurkan jiwa
seni, dari seni membatik, gamelan bahkan wayang.
Langganan:
Postingan (Atom)